Refleksi
Pertemuan Ke-3
Pengembangan
Learning Trajectory Pendidikan Dasar (Rabu, 4 Maret 2015)
Dosen
Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Suatu
ilmu tidak pernah lepas dari mana ia berasal, baik itu ilmu yang diketahui
keberadaannya maupun yang tidak diketahui keberadaannya. Ilmu sangat erat
hubungannya dengan filsafat ilmu. Filsafat menurut para filusuf disebut sebagai
induk ilmu. Karena dari filsafatlah ilmu-ilmu modern dan kontemporer
berkembang. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Jika ingin mengetahui
hakikat ilmu, maka akan dikaitkan dengan ilmu lainnya. Misalnya, ingin
mengetahui kaitan ilmu dengan moral, ilmu dengan agamanya, dan ingin merasa
yakin bahwa ilmu itu akan membawa kebahagiaan terhadap kehidupan dirinya.
Cabang
ilmu filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuan dari
filsafat ilmu adalah menganalisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara-cara
bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh. Filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistimologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
pengetahuan ilmiah. Filsafat ilmu
dimulai dengan aliran rasionalisme, emprisme kemudian kritisisme.
Dalam mempelajari
suatu ilmu kita harus cerdas, maksudnya baik substansinya ataupun yang lainnya.
Substansi mempunyai peranan penting dalam mempelajari sesuatu, oleh karena itu
tanpa adaya subtansi yang jelas dan benar maka suatu ilmu tidak dapat dipahami.
Pada kuliah Learning Trajectory Pendidikan
Dasar yang disampaikan oleh Prof. Marsigit, M. A. dijelaskan beberapa istilah-istilah yang berkaitan
dengan ilmu. Misalnya, ilmu yang kebenarannya ada di dalam pikiran disebut liberalisme,
ilmu yang ada di luar pikiran disebut realisme, ilmu yang kebenarannya bersifat konsistensi disebut koherentisme, ilmu yang berdasarkan
logika disebut logisisme, ilmu yang berdasar dari pengalaman disebut, empirism, ilmu erdaarkan sejarahnya disebut
hegelianisme
(tokohnya bernama Hegel, setiap
apapun yang lahir di dunia ini pasti ada sejarahnya, tidak tiba-tiba muncul,
bahkan baltu sekalipun), ilmu dikarenakan kebajikannya disebut filsafat,
ilmu berdasarkan pada ketentuan disebut analitik, ilmu yang dikarenakan
sebabnya disebut sintetik (karena pada setiap unsur ada sebab akibatnya), ilmu
yang kebenarannya mendahului peristiwanya disebut apriori (peristiwa yang belum terjadi tetapi sudah
benar, misalnya, sekrang hari Rabu, maka minggu depan pasti akan bertemu dengan
hari Rabu lagi), ilmu yang
kebenarannya mengikuti peristiwanya disebut aposteriori (ilmu
ini cocok untuk anak kecil, karena anak-anak akan melihat bendanya terlebih
dahulu, baru akan memikirkannya), ilmu yang ada itu langit, dan ilmu yang
mungkin ada itu bumi. Sebenar-benarnya ilmu yang tidak berubah (tetap) adalah
Firman Tuhan. Antara ilmu yang ada dan ilmu yang mungkin ada lahirlah ilmu yang
menjadi jembatan dari kedua ilmu yang disebut Sintetik Apriori dan tokohnya
bernama Immanuel Kant. Menurut Imanuel Kant, untuk menjadi ilmu pengetahuan
maka harus ada pengalaman dan logika, harus Sintetik dan Apriori, sehingga apabila
hanya Sintetik-Aposteriori maka tidak akan mampu tidak memperoleh apa-apa. Dengan
demikian, ilmu itu harus Amaliah dan Ilmiah. Untuk
itu asal dari sintetik-apriori dapat digambarkan dengan bagan di bawah ini.
Dari bagan diatas
dapat dikemukakan bahwa sintetik apriori merupakan gantungan dari sesuatu yang
ada dan mungkin ada, oleh karena itu, sintetik apriori yang dianggap paling
tepat digunakan.
Pada 200 tahun yang lalu, ada seorang tokoh yang bernama Auguste Comte
yang menolak filsafat. Dia merupakan mahasiswa Politeknik Perancis yang
di drop out dan kemudian membuat karya berjudul "Positivisme". Karya tersebut dapat membuat kemajuan sekaligus
kehancuran suatu bangsa, karena dalam buku tersebut Auguste Comte menyebutkan
bahwa apabila suatu bangsa ingin maju maka harus menggunakan metode Scientific. Langkah-langkah dalam metode
Scientific antara lain: 1) mengamati,
2) menanya, 3) menalar/ mengasosiasi, 4) mencoba (eksperimen), 5) dan mengkomunikasikan/
mempresentasi/ mencipta. Tetapi, metode tersebut tidak menggunakan agama
sehingga berakibat fatal.
Oleh: Dian Ikawati Rahayuningtyas
NIM.
14712251006
Prodi
Pendidikan Dasar Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)
Dosen
Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar