Dian
Ikawati Rahayuningtyas
NIM.
14712251006
Prodi
Pendidikan Dasar
Konsentrasi
Praktisi (Guru Kelas)
Dosen
Pengampu. Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Identifikasi
dan Pengembangan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menggunakan
Pendekatan Gunung Es Matemaatika Realistik
A.
Pendidikan
Matematika Realistik
Van de Heuvel-Panhuizen (Ariyadi Wijaya, 2011: 20) menyatakan bahwa “Pendidikan matematika realistik
lebih menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi
yang bisa dibayangkan (imaginable)
oleh siswa.” Pendapat Ariyadi Wijaya berbeda dengan pendapat Robert
Sembiring, dkk (2010: 44),“Realistic mathematics education then wouldrefer to mathematics instruction based on
practical problem in an everyday life context.” Pendapat
Robert Sembiring bila diartikan dalam bahasa indonesia sebagai berikut, pendidikan matematika realistik
mengacu pada pelajaran matematika berdasarkan pada masalah praktis dalam konteks kehidupan
sehari-hari.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan Pendidikan matematika
realistik adalah
suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan akan pentingnya konteks nyata
yang dikenal oleh siswa, sehingga siswa dapat membayangkan masalah tersebut. Pendidikan matematika
realistik juga melatih siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri.
B.
Pendekatan Gunung Es ( Iceberg) pada Pendidikan Matematika
Realistik
Dalam konsep gunung es, matematika realistis dibagi menjadi
4 bagian utama. Tahapan paling rendah adalah matematika konkret, kemudian model konkret,
diatasnya ada model formal,
dan yang paling atas adalah matematika formal. Menurut Frans Moerland (Yunia Indri
2013, diakses 21 April 2015), memvisualisasikan proses matematisasi dalam
pembelajaran matematika realistik
sebagai proses pembentukan gunung es.
Seperti yang kita tahu,
gunung es terbentuk mula-mula
dari dasar laut, kemudian semakin ke
atas, ke atas
dan sampailah pada pembentukan puncaknya
yang terlihat di atas permukaan
laut. Seperti gunung-gunung pada umumnya, bagian dasar gunung es, yang
paling dasar tentunya
memiliki daerah atau wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan bagian
atanya. Sedangkan matematika
yang diajarkan pada kebanyakan seolah sekarang
hanyalah matematika yang tampak di atas permukaan air laut saja dalam
gunung es tersebut, yaitu hanya matematika
formal saja. Padahal masih banyak tahap yang ada di bawahnya yang sangat
mempengaruhi kekokohan pengetahuan
yang dibangun. Untuk membangun
pengetahuan matematika
siswa maka pertama yang harus dibangun adalah dengan
hal-hal yang konkret, yang ada di dalam kehidupan siswa sehari-hari. Harus dipastikan bahwa
tahap ini terbangun dengan
kokoh, dan dilanjutkan
dengan tahap selanjutnya. Hal ini diadopsi
pula untuk pendekatan
Pendidikan Matematia Realistik. Pengetahuan matematika dibangun dari hal-hal yang konkret,
kemudian baru skem, kemudian model, baru terakhir ke matematika formal. Porsi pembelajaran matematika dengan
hl-hal konkret adalah yang paling besar
dibanding dengan yang lain.
Bila diuraikan, maka tahapan
pengkonstruksian pengetahuan dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1.
Matematika
Konkret
Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika, yang dapat
dilihat bentuk nyatanya secara konkret, misalnya pohon, banyaknya daun dalam sebatang
pohon, dan lain sebagainya..
2.
Model Konkret
Berbentuk gambar
atau foto dari bentuk nyata matematika konkret, yang telah terkena manipulasi
atau campur tangan, misalnya gambar atau
foto sebatang pohon, foto binatang dan lain sebagainya.
3.
Model Formal
Dalam model formal, penjumlahan dilakukan dengan menggunakan model berupa
foto atau
gambar.
Misalnya,
foto atau gambar disiapkan
sejumlah
bilangan
yang akan dijumlahkan, sehingga untuk
mengetahui hasil penjumlahan, siswa harus menghitung
banyaknya foto atau gambar tersebut.
4.
Matematika
Formal
Merupakan tingkatan paling tinggi dalam Ice Berg. Misalnya, dalam matematika formal, penjumlahan
matematis tidak lagi dilakukan menggunakan model
berupa foto maupun gambar, melainkan
langsung menggunakan bilangan yang
akan dijumlahkan.
Kelas :
IV
Tema : 3. Peduli Terhadap Makhluk
Hidup
Sub
Tema : Hewan dan Tumbuhan di
Lingkunga Rumahku
Pembelajaran : 1
Kompetensi
Inti
1. Menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
3. Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
4. Menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar
3.1 Mengenal konsep
pecahan senilaidan melakukan operasi hitung pecahan menggunakan benda konkret/gambar.
4.3 Mengurai sebuah pecahan menjadi sebagai hasil
penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagi kemungkinan
jawaban.
Indikator
1. Menentukan pecahan setelah mengamat gambar
dan melengkapi tabel
2. Membedakan pecahan senilai dan tidak
senilai setelah melakukan eksplorasi dengan gambar pecahan dan diskusi kelas.
Sumber:
Ariyadi Wijaya.
(2012). Pembelajaran Matematika Realisik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yulia
Indri. (2013). Pendekatan Gunung Es (Iceberg) Pada Pendidikan Matematika
Realistik. Diakses dari:
http://yuniaindri.blogspot.com/2013/01/pendekatan-gunung-es-icebergpada.html
pada tanggal 21 April pukul 15.00 WIB.
Robert Sembiring. dkk.
(2010). A Decade Of PMRI In Indonesia. Bandung: Ten Brink, Meppel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar