Selasa, 14 April 2015

Review Berbagai Macam Teori atau Alur Pikir Siswa

A.  Review mengenai berbagai macam theory atau alur pikir siswa

1.    Behaviorism Theory (Teori Behaviorisme)
BF Skinner (1938, 1953, 1958, 1966b, 1971, 1989, Skinner & Epstein, 1982)  adalah seorang paling terkenal dengan teori pembelajaran dalam behavioris. Seperti Thorndike, Skinner mengusulkan agar mahluk hidup memperoleh perilaku yang diikuti oleh konsekuensi tertentu. Dalam rangka untuk mempelajari efek konsekuensi baik obyektif dan tepat, Skinner mengembangkan sebuah peralatan, sekarang dikenal sebagai “Skinner box”, yang telah mendapatkan popularitas yang luas dalam penelitian pembelajaran hewan.
Sebuah respon yang diikuti oleh penguat akan menguatkan dan lebih mungkin akan terjadi lagi (diulangi).” Dalam kata lain respon yang diperkuat cenderung meningkatkan frekuensi dan peningkatannya akan merubah tingkah laku yang berati pembelajaran sedang berlangsung. Skinner sengaja menggunakan kata penguat bukan reward untuk mendeskripsikan konsekuansi yang meningkatkan frekuansi dari sebuah tingkah laku. Kata reward (hadiah)  mengimplikasikan bahwa stimulus mengikuti tingkah laku yang menyenangkan dan sesuai keinginan.  Kata hadiah menyiratkan bahwa stimulus atau peristiwa, mengikuti perilaku entah bagaimana cara keduanya menyenangkan dan diinginkan. Dalam implikasinya, Skinner ingin menghindari karena terdapat dua alasan Skinner yaitu, pertama beberapa individu akan bekeraja untuk apa yang mereka percayai menjadi konsekuensi yang tidak menyenangkan, misalnya seorang anak melakukan suatu hal yang membuat ibunya kesal, karena dia menikmati saat ibunya kesal tersebut. Kedua, prinsip-prinsip psikologi menjadi terbatas untuk   domain obyektif  peristiwa yang bisa diamati. Penguat tidak didefinisikan sebagai “kesenangan atau keinginan”, tetapi efek pada tingkah laku. Penguat A didefinisikan bukan oleh kiasan untuk "keenakan" atau "keinginan" , tapi melibatkan penilaian  yang baik bagi subjektif  bukan oleh efeknya pada perilaku:
“Penguat adalah stimulus atau peristiwa yang meningkatkan frekuensi dari respon yang mengikuti (tindakan yang mengikuti respon penguat dinamakan penguatan)”. Penguat benar-benar dalam gejala yang tampak, tanpa ketergantungan pada setiap penilaian subjektif.  Prinsip Skinner tentang operant conditioning telah terbukti menjadi sangat berguna dan kuat. Mengapa manusia sering bertindak seperti yang mereka lakukan, dan aplikasi untuk pembelajaran dan situasi  hampir tak terbatas. Hampir setiap perilaku akademik, sosial, psikomotor- dapat dipelajari atau dimodifikasi melalui pengkondisian operan. Sayangnya, perilaku tidak diinginkan dapat diperkuat semudah yang diinginkan.
Sebagai guru harus selalu mengingatkan diri sendiri tentang apa yang dapat meningkatkan perilaku siswa dan mencoba untuk mengikuti perilaku tersebut dengan konsekuensi positif. Misalnya, ketika siswa biasanya tenang mengangkat tangan mereka untuk menjawab pertanyaan atau membuat komentar, saya memanggil mereka dan memberi mereka apapun umpan balik positif yang saya bisa. Saya juga mencoba untuk membuat kelas saya tidak hanya informatif tetapi juga hidup, menarik, dan lucu, sehingga siswa diperkuat untuk datang ke kelas pertama tempat. Sementara itu, saya mencoba untuk tidak memperkuat perilaku yang tidak baik dalam kepentingan jangka panjang siswa.Misalnya, ketika siswa datang kepada saya di akhir semester memohon kesempatan untuk menyelesaikan Proyek ekstr kredit dalam rangka meningkatkan nilai gagal. Saya selalu menolak siswa,untuk alasan sederhana: Saya ingin nilai bagus hasil dari kebiasaan belajar yang baik dan prestasi yang tinggi sepanjang semester, bukan dari mengemis perilaku di pintu kantor saya. Guru harus sangat berhati-hati tentang apa yang memperkuat dan apa yang mereka tidak lakukan.

2.    Social Cognitif Theory (Teori Kognitif Social)
Teori  kognitif sosial merupakan suatu teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Misalnya dengan mengamati orang lain kemudian manusia mendapatkan pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap. Seeorang juga melihat model-model atau contoh untuk memperlajari kegunaan dan kesesuaian perilaku dan akibat dari perilaku yang dimodelkan, kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan-keyakinan tentang kemampuan mereka dan hasil yang diharapkan dari tindakan-tindakan mereka.
Albert Bandura merupakan salah satu tokoh dalam teori kognitif sosial. Bandura merumuskan bahwa sebuah teori pebelajaran observasional yang menyeluruh yang ia kembangkan untuk mencakup penguasaan dan praktik dari bermacam-macam keterampilan, strategi, dan perilaku. Prinsip-prinsip kognitif sosial telah diaplikasikan dalam pembelajaran keterampilan kogitif, psikomotorik, sosial, dan pengaturan diri, serta topik kekerasan (secara langsung maupun tidak langsung (melalui film)), perkembangan moral, pendidikan, kesehatan, dan nilai-nilai sosial (Schunk, 2012: 162).
Karakteristik khas lainnya dari teori kognitif sosial adalah peran utama yang diberikannya pada fungsi-fungsi pengaturan iri. Manusia berperilaku bukan sekedar untuk menyesuaikan diri dengan kecenderungan-kecenderungan orang lain. Kebanyakan perilaku mereka dimotivasi dan diatur oleh standar-standar internal dan reaksi terhadap tindakan-tindakan mereka sendiri yang terkait dengan penilaian diri. perubahan yang terjadi pada diri manusia tidak hanya dipengaruhi dan didorong oleh oleh kekuatan dalam diri seseorang saja atau didorong dan dikendalikan oleh rangsangan internal saja, namun perubahan yang terjadi dalam diri seseorang terjadi karena beberapa factor. Factor-faktor penentu perubahan dalam teori kognitif yang dikembangkan oleh Albert Bandura antara lain adalah 1) Person (atau dipengaruhi oleh keinginan kuat dari dalam dirinya/ factor dorongan internal), 2) Behavior (dipengaruhi oleh factor atau dukungan dari luar dirinya misalnya dari orang lain), dan 3) Situation (karena situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk melakukan perubahan).
Teori kognitif sosial biasanya menggambarkan penyebab timbal balik. Misalya, pemberian penguatan atau hukuman mempengaruhi perilaku seseorang. Tapi persepsi pelajar tentang lingkungan ("orang” merupakan variabel) juga mempengaruhi perilaku. Misalnya, orang cenderung bekerja keras secara terus-menerus  dan sering berpikir keras, terlepas dari lingkungannya (A. Baron, Kaufman, & Stauber, 1969; Kaufman, Baron, & Kopp, 1966). Dan di dalam kelas, siswa lebih mungkin untuk bekerja keras untuk menguasai materi pelajaran jika mereka percaya guru mereka akan memberi mereka dukungan yang mereka butuhkan untuk menjadi sukses (Bouchey & Harter, 2005).
Sementara itu, pengaruh perilaku terlihat dilingkungan dan pribadi. Tanggapan membuat orang (misalnya, program akademik yang mereka pilih, kegiatan ekstrakurikuler, perusahaan tetap mereka) menentukan kesempatan belajar yang mereka miliki dan konsekuensi yang mereka alami (lingkungan). Sebagai contoh, individu biasanya berperilaku untuk meningkatkan penguatan dan penurunan hukuman, dan tindakan mereka dapat menempatkan mereka dalam situasi yang baru.
Selain itu, kualitas tanggapan mereka dari waktu ke waktu akan mempengaruhi kepercayaan diri dan harapan demi kesuksesan masa depan (variabel orang). Salah satu contoh utama dari interaksi antara lingkungan, orang, dan perilaku variabel adalah pemodelan. Manusia dalam semua kebudayaan tampaknya memiliki kedua kemampuan dan kecenderungan untuk meniru perilaku orang lain (SS Jones, 1987; Nielsen & Tomaselli, 2010). Teori kognitif sosial menunjukkan bahwa kita banyak belajar berasal dari mengamati dan pemodelan apa yang orang lain lakukan (e.g., Bandura, 1977, 1986).
Peserta didik lebih cenderung terlibat dalam perilaku tertentu ketika mereka percaya mereka mampu melaksanakan perilaku berhasil-yaitu, ketika mereka memiliki efikasi diri yang tinggi (Bandura, 1982, 1989, 2006;Schunk&Pajares, 2004). Pada pandangan pertama, konsep self-efficacy mungkin tampak mirip dengan pengertian seperti konsep diri dan harga diri, tapi ada perbedaan penting. Secara umum, konsep diri seseorang alamat pertanyaan "Siapakah aku?" Dan harga diri alamat pertanyaan "Seberapa baik aku sebagai pribadi?" keduanya biasanya ditandai berbagai macam kegiatan, dengan demikian, orang-orang memiliki tinggi atau rendah konsep diri dan harga diri. Sebaliknya pertanyaan self-efficacy “seberapa baik saya bisa melakukan ini dan itu?”. Dengan kata lain, mengacu pada keyakinan peserta tentang kompetensi mereka dalam kegiatan atau domain yang spesifik. Misalnya, orang yang memiliki self efficacy tinggi akan mencoba belajar untuk menyelam seperti anggsa tetapi untuk self efficacy  yang rendah ketika masuk pada kolam renang akan merasa ragu untuk mencoba.

3.    Cognitif Information Proccesing (Pemrosesan Informasi kognitif)
Teori pemrosesan informasi menjelaskan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi terhadap informasi-informasi yang ditemuinya. Teori pengolahan informasi memfokuskan studi terhadap perhatian, persepsi, pengkodean, penyimpanan, dan penarikan pengetahuan. Dae H. Schunk (2012, 305) mengemukakan bahwa ada tiga aplikasi pengajaran yang mencerminkan prinsip pengolahan informasi yaitu, organisator pengantar, kondisi-kondisi pengajaran, dan muatan kognitif. Organisator pengantar yaitu pernyataan yang disajikan di awal pembelajaran yang membantu mengkoneksikan materi yang baru dengan pembelajaran sebelumnya karena struktur kognitif siswa terorganisasi secara hierarkis sehingga konsep terbuka membawahi konsep yang tingkatanya berada di bawahnya. organisator pengantar, kondisi-kondisi pengajaran, dan muatan kognitif.
Organisator pengantar (advance organizer )yaitu pernyataan yang disajikan di awal pembelajaran yang membantu mengkoneksikan materi yang baru dengan pembelajaran sebelumnya karena struktur kognitif siswa terorganisasi secara hierarkis sehingga konsep terbuka membawahi konsep yang tingkatanya berada di bawahnya. Landasan konseptual untuk organisator pengantar diperoleh dari teori Ausubel tentang pembelajaran resepsi yang bermakna (meaningful reception learning). Belajar menjadi bermakna ketika materi baru memiliki hubungan yang sistematis dengan konsep-konsep yang relevan dalam LTM, yang berarti bahwa materi baru memperluas, memodifikasi, atau mengembangkan informasi dalam memori.
Kondisi pengajaran adalah situasi yang berpengaruh ketika pembelajaran berlangsung. Dua langkah penting dalam mengetahui kondisi pembelajaran adalah mengindetifikasi tipe hasil pembelajaran dan menentukan peristiwa-peristiwa pembelajaran atau faktor yang menimbulkan perbedaan – perbedaan dalam pengajaran. Tipe hasil belajar ada 5 yaitu, keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Peristiwa pembelajaran terdiri dari dua kondisi yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan  kapabilitas sswa saat ini yang tersimpan dalam LTM sebagai pengetahuan, sedangkan kondisi eksternal merupakan  kondisi lingkungan untuk mendukung tersampainya pesan hingga menjadi LTM.
Muatan kognitif atau tuntutan-tuntutan terhadap system pengolahan informasi , dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu muatan kognitif instrinsik dan muatan kognitif ekstrinsik. Muatan kognitif intrinsik tergantung pada karakter-karakter informasi yang tidak dapat diubah, yang nantinya akan dipelajari. Hali itu hanya akan dapat dicapai jika siswa mendapatkan senuah skema kognitif yang efektif untuk mengelola informasi. Sedangkan muatan kognitif ekstrinsik disebabkan oleh bagaimana cara materi-materi tersenut disajikan atau oleh aktivitas-aktivitas yang perlu dimiliki oleh siswa. Cotohnya dalam mempelajari hubungan-hubungan dalam trigonometri dan muatan kognitif tertentu (intrinsic) yang merupakan karakteristik bawaan dalam materi yang harus dipelajari.
Menurut teori ini, individu secara bertahap mengembangkan kapsitas untk memproses informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks. Robet Siegler, merupakan seorang ahli terkemuka di bidang pemrosesan informasi anak-anak menyatakan bahwa kegiatan berpikir merupakan suatu bentuk pemrosesan informasi. Dengan kalimat lain, apabila seorang individu menagkap, menuliskan sandi (encoding), menampilkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi maka mereka sedang berpikir. Dia lebih menekanpkan bahwa aspek penting dalam perkembangan adalah pembelajarn mengenai strategistrategi yang baik untuk memproses informasi.

4.    Meaningful Learning Theory (Teori Pembelajaran yang Bermakna)
Landasan konseptual untuk organisator pengantar diperoleh dari teori Ausubel tentang pembelajaran resepsi yang bermakna (meaningful reception learning. Belajar menjadi bermakna ketika materi baru memiliki hubungan yang sistematis dengan konsep-konsep yang relevan dalam LTM, yang berarti bahwa materi baru memperluas, memodifikasi, atau mengembangkan informasi dalam memori. Kebermaknaan juga tergantung pada variabel-variabel personal seperti usia, latar belakang pengalaman, status sosial-ekonomi, dan latar belakang pendidikan. Pengalaman-pengalaman yang telah lalu menentukan apakah siswa merasa pembelajarannya memiliki makna.
Ausubel mendukung pengajaran deduktif, ide-ide umum diajarkan terlebih dahulu baru diikuti dengan poin-poin spesifik. Dalam hal ini guru harus membantu siswa memecah ide-ide menjadi poin-poin  yang lebih kecil dan spesifik dan menghubungkan ide-ide yang baru dengan muatan yang seruoa di dalam memori. Dalam pengetian pengolahan informasi, tujuan dari mode ini adalah mengembangkan jaringan-jaringan proposisi dalam LTM dengan menambahkan penegtahuan dan membangu hubungan-hubungan anatar jaringan. Pengajaran deduktif lebih berhasil diterapkan pada para siswa yang lebih tua.
Organisator-organisator pengantar menyiapkatahapan untuk pembelajaran resepsi yang bermakna. Organisator yang bersifat ekspositoris atau komparatif. Organisator-ekspositoris memberi siswa pengetahuan baru yang diperlukan untuk memahami pelajaran. Organisator-ekspositoris mencakup definisi-definisi dan genaralisasi konsep. Organisator-ekspositoris memperkenalkan bahwa organisator-organisator meningkatkan pembelajaran dan transfer. Peta merupakan organisator yang efektif dan dapat dimanfaatkan dengan baik dalam pelajaran-pelajaran melalui teknologi. Organisat0r-organisator dapat membantu siswa menghubungkan materi-materi yang baru dengan sekumpulan pengalaman-pengalaman yang lebih luas yang dapat menunjang transfer.

5.    Development Approach (Pendekatan Perkembangan)
Meece (2002) mengidentifikasi lima kelas teori utama dalam teori perkembangan yaitu biologi, psikoanalitik, perilaku, kognitif, dan kontekstual. Kelima tipe teori tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tipe-tipe Teori Perkembangan
Tipe
Kunci Proses Perkembangan
Biologis
Individu berjalan melalui urutan tahapan yang idak bervariasi. Kemajuan tahapan ditentukan oleh genetik
Psikoanalitik
Perkembangan menampilkan serangkaian perubahan di dalam kepribadian yang dibawa oleh pemenuhan kebutuhan. Tahapan memiliki sifat yang berbeda secara kualitatif.
Perilaku
Perkembangan menampilkan perubahan dalam perilaku yang dihasilkan oleh pengkondisian. Perubahan bersifat berkelanjutan dan kuantitatif.
Kognitif
Perkembangan menampilkan perubahan dalam struktur mental atau proses yang terjadi saat individu menerima informasi dan secara mental menyusun pemahaman.
kontekstual
Faktor sosial dan budaya mempengaruhi perkembangan. Perubahan dalam diri seseorang atau situasi dan mempengaruhi perubahan lainnya.

Selanjutnya dari tabel di atas, penjelasan dari lima tipe teori perkembangan dijelaskan sebagai berikut.

a.         Teori Biologi
Dalam teori ini dikemukakan bahwa perkembangan manusia sebagai proses yang tidak terbuka. Anak-anak melewati serangkaian urutan tahapan perkembangan yang tidak bervariasi di waktu yang sama. Selain itu, lingkungan member kesempatan untuk tumbuh tetapi tidak langsung memberikan pengaruhnya. Perkembangan justru ditentukan oleh genetik. Pernyataan ini didukung oelh Arnold Gessel. Pada penelitian biologis terkini berfokus pada perluasan bahwa karakteristik kognitif, perilaku, dan kepribadian memiliki kecenderungan genetik. Dengan demikian, kecenderungan anak untuk memahami perhitungan bisa dikarenakan bawaan lahir dan kapasitas bahasa terlihat karena kecnderungan biologis.
b.        Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik mnekankan pada pemenuhan kebutuhan yang memiliki perbedaan sebagai fungsi dalam tingkat perkembangan. Perkembangan dipandang sebagai perubahan progresif dalam kebribadian yang muncul saat anak berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Tokoh teori psikoanaliti yang terkenal adalah Sigmund Freud dan Erik Erikson. Menurut Erikson motivasi manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain dan perubahan dalam perkembangan berlangsung sepanjang hidup. Erikson juga menekankan penringnya pengalaman di masa awal maupun di masa selanjutnya.
c.         Teori Perilaku
Teori perilaku menampilkan posisi berkelanjutan, maksudnya perubahan kecil yang terjadi sepanjang waktu. Perubahan perkembangan paling tepat dilihat dalam terma kuantitatif. Anak belajar melakukan lebih banyak hal dengan waktu yang lebih sedikit. Mekanisme pembelajaran utama membentuk perilaku baru melalui beragam pelaksanaan menuju keberhasilan pada perilaku individu. Teori perilaku tidak mengkhususkan periode-periode penting dalam perkembangan. Kapsitas untuk belajar berlanjut sepanjang hidup. Teori ini juga menekankan bahwa perubahan utama dalam perilaku berasal dari lingkungan, yang memberikan stimulus yang direspon anak dan pelaksanaan dan hukuman sebagai konsekuensi tindakan mereka.


d.        Teori Kognitif
Piaget mengemukakan bahwa anak-anak secara alami ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif mencari informasi untuk membantu mereka memahami itu dari pada hanya menanggapi rangsangan yang mereka hadapi, anak-anak memanipulasi rangsangan dan mengamati efek dari tindakan mereka. Piaget juga mengemukakan bahwa anak-anak menggunakan skema baru yang diperoleh berulang pada kedua kebiasaan dan situasi baru. Sebagaimana perkembangan anak-anak, muncul skema baru, dan skema yang ada berulang kali dipraktekkan, kadang-kadang dimodifikasi, dan kadang-kadang terintegrasi satu sama lain dalam struktur kognitif. Banyak yang baik dari teori Piaget difokuskan pada pengembangan struktur kognitif yang mengatur penalaran struktur logis yang disebut operasi. Teori ini mengendalikan bahwa pemahaman tidaklah otomatis. Orang lain tidak member informasi yang diproses anak melalui hafalan, melainkan anak menerima informasi dan memformulasikan pengetahuan mereka. Teori kognitif bersifat interaktif karena teori ini menjelaskan bahwa perkembangan dalam interaksi yaitu antara faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan.
e.         Teori Kontekstual
Teori ini menyoroti peran yang dimainkan oleh faktor sisial an budaya. Bukti yang mendukung perspektif ini berasal dari perbandingan lintas budaya yang menunjukkan keberagaman dalam pola perkembangan. Model kontekstual yang terkebal diformulsikan oleh Bronfenbrenner (1979) yang mengendalikan bahwa dunia sosial anak dapat dikonsepkan sebagai lingkungan sosial konsentris di mana anak berada pada titik umum dari tiga lingkaran yang saling bsesinggungan, yaitu sekolah, teman, dan keluarga. Di luar lingkaran ini ada lingkungan yang lebih besar lagi yaitu, tetangga keluarga besar, komunitas, tempat kerja, dan media masa. Selanutnya lingkaran paling luar adalah pengaruh, seperti hokum, nilai budaya, system politik dan ekonomi, dan adat istiadat.




6.    Social Formation Theory (Teori Formasi Sosial)
Tokoh dalam teori ini adalah Lev Vygotsky. Teori formasi sosial memfokuskan pada proses-proses sosial dan budaya yang nantinya dapat mengarahkan anak untuk mengembangkan kognitifnya. Dalam teori ini keaktifan dan keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas sangat ditekankan. Hal itu dapat menjadikan terjadinya interaksi atau proses sosialisasi siswa menjadi berkembang. Proses sosialisasi atau interaksi yang tumbuh dan berkembang dengan baik pastinya mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik guru, orang tua, maupun masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal.Hal ini yang biasa disebut dengan scaffolding. Ini sangat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas misalnya dengan kegiatan berdiskusi untuk memecahkan masalah. Kemudian siswa dapat mempraktekannya langsung dengan bimbingan guru tentunya.
Vygotsky juga memaparkan bahwa adanya teman sebaya dan orang tua dapat membantu anak untuk menguasai dan menginternalisasikan apa yang ada di dalam diri anak. Hal ini dapat menjadi dukungan bagi anak untuk dapat melewati Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD adalah daerah di mana seorang anak mampu belajar karena adanya dukungan dan pendampingan dari orang lain yang lebih berkompeten, baik guru ataupun orang tua.

7.    Representation and Discovery Learning
John Dewey merupakan filosof yang banyak menulis mengenai pendidian. Ia dikenal sebagai bapak Konstruktivisme dan Discovery Learning. Ia mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topic dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (student center) dalam konteks pengalaman sosial. Selain itu, ada juga Jerome Brunner yang mempelopori pendekatan penemuan atau biasa disebut dengan discovery. Ia mengemukakan bahwa belajar adalah proses yang bersifat aktif terkait dengan ide Discovery Learning, di mana siswa dapat berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam siswa adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Hal ini perlu dibiasakan sejak anak-anak masih kecil. Brunner menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap, yaitu:
a.         Enaktif (0-3 tahun), yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi dirinya sendiri dan manipulasi fisik-motorik melalui pengalaman sensori.
b.        Ikonik (3-8 tahun), anak menyadari sesuatu ada secara mandiri melalui gambar yang konkret bukan yang abstrak.
c.         Simbolik (>8 tahun), anak sudah memahami simbol-simbol dan konsep seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol.

8.    Constructivist Approach (Pendekatan konstruktivistik)
Pendekatan konstruktivistik adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir dan mengkonstruksikan dalam memcahkan suatu permasalahan secara bersam-sama shingga didaptkan suatu penyelesaian yang akurat. Konstruktivistik merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual, taitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistic dan teori dalam satu bangunan utuh. Tokoh yang ikut berjasa dalam teori ini adalah John Dewey, Jean Piaget, Bruner, dan Vygotsky.
John Dewey merupakan filosof yang banyak menulis mengenai pendidian. Ia dikenal sebagai bapak Konstruktivisme dan Discovery Learning. Ia mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topic dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (student center) dalam konteks epengalaman sosial.
Selanjutnya adalah Jean Piaget. Menurut Piaget pengamatan sangat penting dan menjadi dasar dalam menuntun proses berpikir anak, berbeda dengan erbuatan melihat yang hanya melibatkan mata, pengamatan melibatkan seluruh indra, menyimoan kesan ebih lamadan menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa. Menurut Piaget juga bahwa pkiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau sering disebut struktur kognitif. Dengan menggunakan skema itu, seseorang menghadapai dan mengkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk  dan akomoschemata yang baru., yaitu melalui roses asimilasi dan akomodasi. Schemata yang terbentuk melalu proses asimilasi dan akomodasi, itulah yang disebut pengetahuan. Proses belajar yang sesungguhnya terdiri dari 3 tahap, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Implikasi perkembangan Piaget dalam pemnelajaran adalah bahwa guru hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan kognitif yang dimiliki anak didik. Karena tanpa penyesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajran yang ditetapkan.
Tokoh yang selanjutnya adalah Jereme Brunner. Bunner mengemukakan bahwa proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditemukan oleh umur seseorang seperti yang telah dikemukakan oleh Piaget. Bruner menjelaskan tahap perkembangan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu; 1) enaktif (0-3) tahun yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorai dirinya sendiri dan manipulasi fisik-motorik melalui pengalaman sensory, 2) ikonik (3-8 tahun), dalam tahap ini, anak menyadari sesuatu secara mandiri melalui imej atau gambar yang konkret bukan abstrak., 3) simbolik (> 8 tahun), dalam tahap ini, anak sudah memahami symbol-simbol dan konsep memahami symbol-simbol dan konsep seperti hahasa dan angka sebagau representasi symbol.
Selanutnya adalah Lev Vygotsky. Konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vygotsky adalah bahwa belajajar bagi anak dilakukan dengan interaksi di dalam lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Inti konstruktivis Vygotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Selanjutnya Schunk (2012: 580) menyebutkan bahwa para peneliti konstruktivis telah membahas pengatura diri yang terlihat sebagai bakat alamiah sehingga pakar-pakar konstruktivis mengasumsikan bahwa siswa menyusun pengetahuan dan cara untuk mendapatkannya serta menerapkannya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:


a.         Ada sebuah motivasi intrinsik untuk mencari informasi
b.        Pemahaman melampaui informasi yang diberikan
c.         Representasi mental berubah seiring perkembangan
d.        Ada perbaikan progresif dalam tingkatan pemahaman
e.         Ada hambatan perkembangan dalam pembelajaran
f.         Refleksi dan rekonstruksi merangsang pembelajaran

9.    Social Approach (Pendekatan Sosial)
Pendekatan sosial merupakan uatu pendekatan yang menekankan pada interaksi terhadap lingkungan. Tokoh seperti Bandura dan Vygotsky dapat dikaitkan dengan pendekatan sosial karena mereka mengemukakan teori-teori yang mengedepankan konteks sosial. Interaksi siswa dengan orang-orang di sekitar maupun dengan berbagai hal yang ada di lingkungan sekitarnya membentuk siswa menjadi lebih baik. Semakin sering dia berinteraksi dengan segala yang ada di sekitarnya, akan semakin berkembang pola pikir yang dia miliki, memori yang ada akan semakin bertambah, keingintahuanya pun akan semakin meningkat (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi), hingga keinginanya untuk mencoba-coba hal baru juga semakin baik. Vygotski memandang bahwa sumber pikiran siswa terdapat pada proses sosial. Menurut Vigotski (Papalia, 2010: 56) menyebutkan bahwa orang dewasa atau teman sebaya maupun teman yang lebih tua dapat membantu mengarahkan dan mengorganisasi proses pembelajaran anak sebelum anak mampu menguasainya dan menginternalisasinya. Oleh karena itu dalam pembelajaran seorang guru harus dapat menjadi fasilitator yang baik dan juga menjadi model yang baik untuk para siswanya.

10.    Technological Approach (Pendekatan Teknologi)
Kemajuan dalam bidang teknologi membawa banyak manfaat, misalnya dengan teknologi yang canggih kita dapat mendapatkan berbagai informasi yan dapat diakses meggunakan PC maupun smartphone. Namun, perkembangan teknologi juga menyebabkan banyak dampak positif dan negatif dalam dunia pendidikan pada khususnya. Pendekatan berbasis teknologi merupakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi untuk membelajarkan siswa. Pendekatan ini menjadi pilihan guru untuk melayani keragaman kecerdasan yang dimiliki siswa dan juga gaya belajar siswa. Horward Gardner menyatakan ada delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa, kecerdasan logika matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan visual dan kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, serta kecerdasan naturalis. Selain keragaman dan kemajemukan kecerdasan, siswa juga memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada tiga macam gaya belajar yaitu gaya belajar visual, audio, dan kinestetik. Untuk memfasilitasi keberagaman kecerdasan dan gaya belajar siswa, seorang guru harus memilih pendekatan yang dapat mencakup seluruh kebutuhan tersebut.

B.  Menghubungkan berbagai macam Teori Belajar/Alur Pikir siswa tersebut dan mampu menjelaskan baik secara lisan maupun tertulis.
Banyak cara yang digunakan untuk membelajarkan siswa antara lain dengan guru memahami teori-teori belajar kemudian dari teori belajar tersebut guru menyampaikannya kepada siswa sehingga para siswa sehingga siswa menjadi tahu. Kegiata pembelajaran dapat dilakukan di mana saja, tidak hanya terpaku di dalam kelas, hal tersebut agar siswa tidak bosan. Dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa guru menggunakan berbagai macam metode dan media pembelajaran yang menarik sehingga siswa akan senang, karena pada dasarnya siswa sekolah dasar cenderung menyukai hal-hal baru yang bekum pernah dijumpainya sebelumnya. Dengan kegiatan tersebut maka diharapkan terjalin interaksi yang baik antara siswa dan guru sehingga materi pelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik sehingga dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Hal ini diharapkan agar menjadikan Long Term Memory (LTM). Untuk membelajarkan pembelajaran yang bermakna bisa menggunakan beberapa pendekatan, misalnya pendekatan sosial. Di mana dalam pendekatan sosial terjalin interaksi antara siswa dengan teman sebaya dan guru di sekolah seta orang tua jika berada di rumah. Setelah siswa belajar tentunya para siswa mempunyai pengetahuan-pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah di dapatnya. Seorang guru juga dapat mengingatkan kembali memori-memori siswa yang telah dimiliki oleh siswa dengan kegiatan tanya jawab. Siswa juga diajak untuk kegiatan diskusi kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan.  Hal ini dapat membantu siswa untuk dapat berlatih berpikir kritis dan prcaya diri dalam mengeluarkan pendapatnya. 
Dalam membelajarkan siswa, khususnya siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya, karena siswa sekolah dasar masih termasuk ke dalam tahap operasinal konkret, maka benda-benda yang digunakan dalam pembelajaran adalah benda-benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang oleh siswa. Guru membantu dan membimbing siswa dalam kegiatan praktek di kelas, hal ini diharapkan supaya para siswa dapat menemukan konsep-konsep pengetahuan baru yang dia dapatkan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah, sehingga konsep pengetahuan baru tersebut nantinya dapat digunakan unruk ke jenjang selanjutnya. Selain guru, lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi perumbuhan kognitif siswa, di mana apabila orang tua memberikan bimbingan belajar dengan baik kepada anaknya, maka anaknya menjadi senang. Dengan suasana hati yang senang, maka materi yang akan dipelajari menjadi lebih mudah untuk dipahami. 

C. Peta Konsep Berbagai Teori Belajar



D.  Referensi

Dale H. Schunk. 2012. Learning Theories An Educational Perspective. Jakarta : Pustaka Pelajar. (Buku Terjemahan).
Diane E. Papalia & Ruth Duskin Feldman. 2015. Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta : Salemba Humanika. (Buku Terjemahan)
Santrock, John W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ketigabelas Jilid I). (Terjemahan Benedictine Widyasinta). Jakarta: Erlangga.
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective (Edisi Keenam). (Terjemahan Eva Hamdiah, Rahmat Fajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 
Diakses tanggal 10 April 2015
Diakses tanggal 11 April 2015
Diakses tanggal 11 April 2015
Diakses tanggal 12 April 2015
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar