Selasa, 14 April 2015

MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY DAN MENERAPKAN KE DALAM TEACHING TRAJECTORY OLEH DIAN IKAWATI RAHAYUNINGTYAS

MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY DAN
MENERAPKAN KE DALAM TEACHING TRAJECTORY
OLEH DIAN IKAWATI RAHAYUNINGTYAS

Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A.



 Learning Trajectory pada dasarnya adalah menjawab pertanyaan bagaimana siswa belajar dan juga mengandung pengertian bagaimana siswa berpikir. Setelah memahami keduanya, maka barulah bagaimana guru menyelenggarakan PBM (Proses Belajar Mengajar), yang biasanya disebut dengan Teaching Trajectory. Penjelasan yang disampaikan oleh Prof. Marsigit pada perkuliahan Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar hari Rabu, 8 April 2015 adalah adanya hubungan antara Learning Trajectory (LT) dan Teaching Trajectory (TT) meskipun keduanya merupakan dua hal yang berbeda.
Dalam kehidupan manusia, kita hidup harus sesuai dengan keadaan (empan nggowo papan). Dalam filsafat berarti sesuai dengan ruang dan waktu. Manusia itu berbeda dengan komputer, apabila manusia itu pintar (bertambah ilmunya) maka tidak kerasa, sedangkan apabila komputer kita akan menambah atau mengurang isinya pastinya terlihat kapasitasnya. Oleh karena itu kita harus rajin belajar biar kita betambah ilmunya. Selain itu, kita juga harus senantiasa tawakal, tekun, sabar, dan rajin. Spiritual itu jalannya ke atas, sedangkan ke bawah ada material. Dalam menuju ke spiritual di dalamnya terdapat filsafat, paradigm, dan teori, sedangkan dalam menuju material terdapat pengalaman. Dokumen resmi itu dapat dikatakan formalnya, antara lain UU 1945, UU, PP, kurikulum, silabus, RPP, LKS, dan lain-lain yang kesemuanya disebut perangkat. Apabila dalam membelajarkan siswa seorang guru hanya berpatokan pada itu semua (perangkat pembelajaran) berarti guru tersebut masih berada dalam tahap pekerja “ tukang”. Sedangkan guru yang baik dan profesional harus mengetahui setiap tingkatan di atasnya yaitu sesuatu yang dapat dipercaya (akuntabel). Agar guru dapat dipercaya maka guru harus banyak belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan membaca, baik itu buku, bahan ajar, blog, jurnal, dan lain-lain. Untuk memperoleh makna atau arti dan dengan menggunakan metode atau epistimologi, akan tetapi tetap harus mengingat etik dan estetikanya. Makna arti itu selalu ada wadah dan isi. Wadah itu bisa berupa sintaks dan isinya dapat berupa kategori. Jadi makna itu arti. Selanjutnya adalah Siapakah dirimu? Dirimu adalah yang terlihat atau yang nampak (fisik) dan yang tidak terihat itu akal pikirnnya (isi). Jadi arti itu tergantung dengan wadahnya.
Sebenar-benar ilmu apapun harus sesuai dengan keadaan. Pendidikan dalam sekolah dasar tentunya berbeda dengan SMP. Untuk siswa sekolah dasar dalam membelajarkan sesuatu, khususnya matematika harus menggunakan matematika SD, tidak boleh disamakan dengan matematika SMP atau Perguruan tinggi. Seorang guru harus mempunyai banyak referensi untuk mebelajarkan kepada siswanya. Kemudian dari teori (referensi) itu diinteraksikan (tidak Cuma dibaca tetapi harus dipahami setiap makna yang ada di dalamnya). Guru harus memahami material siswanya. Dengan seperti ini, maka guru harus melakukan hermenitika hidup khususnya dalam bidang pendidikan. Setiap hermenitika di dalamnya terdapat banyak titik perkembangan dan setiap titik itu terdiri dari 3 hal yaitu rutin, penelitian, dan ikhtiar. Jadi sebenar-benarnya hidup adalah meneliti.
Ø  Rutin dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh sesorang secara terus menerus namun dalam melakukannya tidak ada perubahan yang terjadi. Misalnya apabila manusia melakukan kegiatan secara rutin tanpa mengetahui makna setiap kegiatannya sama saja manusia itu tidak belajar dan jika digambarkan dalam bentuk spiral maka dari depan sampai belakang bentuk dan ukurannya sama karena tidak terjadi perubahan.
Ø  Pengalaman dapat diartikan sebagai seseorang yang telah belajar sesuatu dan sudah mengetahui makna yang ada di dalamnya. Hal itu ditandai dengan semakin orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap sesuatu hal yang dipelajarinya. Dengan seperti itu, maka orang tersebut telah bertambah ilmunya dan apabila digambarkan dalam bentuk spiral maka dari depan kebelakang bentuknya semakin mengecil karena berarti orang tersebut semakin focus terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Ø  Ikhtiar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menjadikan orang tersebut semakin maju dan berkembang dan mengalami perubahan untuk menjadi lebih baik dalam hidupnya. Ikhtiar dapat berisi doa yang dilakukan setiap waktu, dimanapun berada dan kapanpun waktunya. Apabila digambarkan dalam bentuk spiral maka bentknya dari kecil kemudian semakin lama semakin besar karena berkembang dan mengalami perubahan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Seanjutnya, sebenar-benarnya hidup jika sesorang ingin bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak, maka penuhilah atau perbanyaklah berdoa dan berikhtiar. Dengan kita berdoa dan berikhtiar maka kita akan selalu mengingat Allah swt. Seperti halnya dengan teori belajar mengajar yang di dalamnya terdapat konteks pengalaman dan material yang nantiya dapat diwujudkan melalui Proses Belajar Mengajar (PBM). Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan hasil yang diperoleh guru dari kegiatan hermenitika yaitu cara membelajarkn siswa dengan mengetahui bagaiman siswa itu berpikir. Cara berpikir siswa dapat dibagi mejadi 3 bagian yaitu sikap, metode, dan isi (materi). Misalnya, apabila Proses Belajar Mengajar (PBM) matematika merupakan hermenitika, maka hasilnya adalah sikap, metode, dan materi (isi) matematika.
Kemudian, misalnya untuk mengetahui cara berikir siswa menggunakan Realistik Mathematik Education (RME), maka seorang guru harus mengerti dan memahami tentang teori Realistik Mathematik Education (RME) yaitu siswa berpikir dimulai dari konkret - model konkret – model formal – matematika formal. Sehingga jika akan membelajarkan sisa tentang penjumlahan, guru harus menggunakan benda-benda konkret, misalnya benda yang dekat dengan siswa dan diketahui oleh siswa misalnya dengan menggunakan buah apel. Contoh lain adalah guru yang mempelajari teori Bruner, yang didalamnya menyebutkan bahwa terdapat 3 tahap pembelajaran yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Oleh karena itu dalam membelajarkan siswa dimulai dari tahap enakif (ada bendanya atau barangnya), misalnya apabila mengurkur  sesuatu maka harus ada benda yang diukur tidak hanya di dalam angan-angan saja. 
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam membangun Lerning Trajectory (LT) dan menerapkannya ke dalam Teaching Trajectory (TT) membutuhkan proses. Oleh karena itu membutuhkan hermenitika yaitu yang di dalamnya terdapat proses menerjemahkan dan diterjemahkan. Proses tersebut dimulai dari cara mendapatkan ilmu pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya adalah bagaimana cara untuk mendapatkan Learning Trajectory? Untuk mendapatkannya dapat diperoleh dari kita belajar dan banyak membaca serta dari pengalaman yang kita peroleh kemudian diaplikasikannya ke dalam Teaching Trajectory yaitu bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa. Sehingga guru yang berkompeten itu adalah guru yang memiliki beberapa kompetensi seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman dari segi normatifnya. Selanjutnya kompetensi yang dimilki tersebut dapat dikembangkan melalui penelitian seperti PTK dan sejenisnya. Pada intinya seorang guru yang akanmembelajarkan siswa harus melalui poses (berproses) dan kreatif serta mempunyai inovasi-inovasi yang berguna utuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan dan menghasilkan manusia yang bertaqwa, mandiri, dan cendekia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar