MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY DAN
MENERAPKAN KE DALAM TEACHING TRAJECTORY
OLEH DIAN IKAWATI RAHAYUNINGTYAS
Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Learning Trajectory pada dasarnya adalah menjawab pertanyaan bagaimana
siswa belajar dan juga mengandung pengertian bagaimana siswa berpikir. Setelah
memahami keduanya, maka barulah bagaimana guru menyelenggarakan PBM (Proses
Belajar Mengajar), yang biasanya disebut dengan Teaching Trajectory. Penjelasan yang disampaikan oleh Prof. Marsigit pada
perkuliahan Pengembangan Learning
Trajectory Pendidikan Dasar hari Rabu, 8 April 2015 adalah adanya hubungan
antara Learning Trajectory (LT) dan Teaching Trajectory (TT) meskipun
keduanya merupakan dua hal yang berbeda.
Dalam kehidupan manusia, kita hidup harus sesuai
dengan keadaan (empan nggowo papan). Dalam
filsafat berarti sesuai dengan ruang dan waktu. Manusia itu berbeda dengan
komputer, apabila manusia itu pintar (bertambah ilmunya) maka tidak kerasa,
sedangkan apabila komputer kita akan menambah atau mengurang isinya pastinya
terlihat kapasitasnya. Oleh karena itu kita harus rajin belajar biar kita
betambah ilmunya. Selain itu, kita juga harus senantiasa tawakal, tekun, sabar,
dan rajin. Spiritual itu jalannya ke atas, sedangkan ke bawah ada material.
Dalam menuju ke spiritual di dalamnya terdapat filsafat, paradigm, dan teori,
sedangkan dalam menuju material terdapat pengalaman. Dokumen resmi itu dapat
dikatakan formalnya, antara lain UU 1945, UU, PP, kurikulum, silabus, RPP, LKS,
dan lain-lain yang kesemuanya disebut perangkat. Apabila dalam membelajarkan
siswa seorang guru hanya berpatokan pada itu semua (perangkat pembelajaran) berarti
guru tersebut masih berada dalam tahap pekerja “ tukang”. Sedangkan guru yang
baik dan profesional harus mengetahui setiap tingkatan di atasnya yaitu sesuatu
yang dapat dipercaya (akuntabel). Agar guru dapat dipercaya maka guru harus
banyak belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan membaca, baik itu buku, bahan ajar, blog, jurnal,
dan lain-lain. Untuk memperoleh makna atau arti dan dengan menggunakan metode atau
epistimologi, akan tetapi tetap harus mengingat etik dan estetikanya. Makna
arti itu selalu ada wadah dan isi. Wadah itu bisa berupa sintaks dan isinya
dapat berupa kategori. Jadi makna itu arti. Selanjutnya adalah Siapakah dirimu?
Dirimu adalah yang terlihat atau yang nampak (fisik) dan yang tidak terihat itu
akal pikirnnya (isi). Jadi arti itu tergantung dengan wadahnya.
Sebenar-benar ilmu apapun harus sesuai dengan keadaan.
Pendidikan dalam sekolah dasar tentunya berbeda dengan SMP. Untuk siswa sekolah
dasar dalam membelajarkan sesuatu, khususnya matematika harus menggunakan
matematika SD, tidak boleh disamakan dengan matematika SMP atau Perguruan
tinggi. Seorang guru harus mempunyai banyak referensi untuk mebelajarkan kepada
siswanya. Kemudian dari teori (referensi) itu diinteraksikan (tidak Cuma dibaca
tetapi harus dipahami setiap makna yang ada di dalamnya). Guru harus memahami
material siswanya. Dengan seperti ini, maka guru harus melakukan hermenitika
hidup khususnya dalam bidang pendidikan. Setiap hermenitika di dalamnya
terdapat banyak titik perkembangan dan setiap titik itu terdiri dari 3 hal
yaitu rutin, penelitian, dan ikhtiar. Jadi sebenar-benarnya hidup adalah
meneliti.
Ø Rutin dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh sesorang secara terus menerus
namun dalam melakukannya tidak ada perubahan yang terjadi. Misalnya apabila
manusia melakukan kegiatan secara rutin tanpa mengetahui makna setiap
kegiatannya sama saja manusia itu tidak belajar dan jika digambarkan dalam
bentuk spiral maka dari depan sampai belakang bentuk dan ukurannya sama karena
tidak terjadi perubahan.
Ø Pengalaman dapat
diartikan sebagai seseorang yang telah belajar sesuatu dan sudah mengetahui
makna yang ada di dalamnya. Hal itu ditandai dengan semakin orang tersebut
dapat berkonsentrasi terhadap sesuatu hal yang dipelajarinya. Dengan seperti
itu, maka orang tersebut telah bertambah ilmunya dan apabila digambarkan dalam
bentuk spiral maka dari depan kebelakang bentuknya semakin mengecil karena
berarti orang tersebut semakin focus terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Ø Ikhtiar dapat
diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menjadikan orang
tersebut semakin maju dan berkembang dan mengalami perubahan untuk menjadi
lebih baik dalam hidupnya. Ikhtiar dapat berisi doa yang dilakukan setiap
waktu, dimanapun berada dan kapanpun waktunya. Apabila digambarkan dalam bentuk
spiral maka bentknya dari kecil kemudian semakin lama semakin besar karena
berkembang dan mengalami perubahan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi
dari waktu ke waktu.
Seanjutnya, sebenar-benarnya hidup jika sesorang ingin
bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak, maka penuhilah atau perbanyaklah
berdoa dan berikhtiar. Dengan kita berdoa dan berikhtiar maka kita akan selalu
mengingat Allah swt. Seperti halnya dengan teori belajar mengajar yang di
dalamnya terdapat konteks pengalaman dan material yang nantiya dapat diwujudkan
melalui Proses Belajar Mengajar (PBM). Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan
hasil yang diperoleh guru dari kegiatan hermenitika yaitu cara membelajarkn
siswa dengan mengetahui bagaiman siswa itu berpikir. Cara berpikir siswa dapat
dibagi mejadi 3 bagian yaitu sikap, metode, dan isi (materi). Misalnya, apabila
Proses Belajar Mengajar (PBM) matematika merupakan hermenitika, maka hasilnya
adalah sikap, metode, dan materi (isi) matematika.
Kemudian, misalnya untuk mengetahui cara berikir siswa
menggunakan Realistik Mathematik Education (RME), maka seorang guru harus
mengerti dan memahami tentang teori Realistik Mathematik Education (RME) yaitu
siswa berpikir dimulai dari konkret - model konkret – model formal – matematika
formal. Sehingga jika akan membelajarkan sisa tentang penjumlahan, guru harus
menggunakan benda-benda konkret, misalnya benda yang dekat dengan siswa dan
diketahui oleh siswa misalnya dengan menggunakan buah apel. Contoh lain adalah
guru yang mempelajari teori Bruner, yang didalamnya menyebutkan bahwa terdapat
3 tahap pembelajaran yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Oleh karena itu
dalam membelajarkan siswa dimulai dari tahap enakif (ada bendanya atau
barangnya), misalnya apabila mengurkur
sesuatu maka harus ada benda yang diukur tidak hanya di dalam
angan-angan saja.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam membangun Lerning
Trajectory (LT) dan menerapkannya ke dalam Teaching Trajectory (TT) membutuhkan proses. Oleh karena itu
membutuhkan hermenitika yaitu yang di dalamnya terdapat proses menerjemahkan
dan diterjemahkan. Proses tersebut dimulai dari cara mendapatkan ilmu
pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya
adalah bagaimana cara untuk mendapatkan Learning
Trajectory? Untuk mendapatkannya dapat diperoleh dari kita belajar dan
banyak membaca serta dari pengalaman yang kita peroleh kemudian
diaplikasikannya ke dalam Teaching
Trajectory yaitu bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa. Sehingga guru
yang berkompeten itu adalah guru yang memiliki beberapa kompetensi seperti
pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman dari segi normatifnya. Selanjutnya
kompetensi yang dimilki tersebut dapat dikembangkan melalui penelitian seperti
PTK dan sejenisnya. Pada intinya seorang guru yang akanmembelajarkan siswa
harus melalui poses (berproses) dan kreatif serta mempunyai inovasi-inovasi
yang berguna utuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan dan
menghasilkan manusia yang bertaqwa, mandiri, dan cendekia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar